-----SUKARNOISME-----
Darah itu merah, saat berseru merdeka.
Darah itu merah, kau tekuk logika.
Singa podium tak kan pernah mati,
nasionalis marxist terpatri abadi.
Dalam peluh tangis kau tegak berdiri.
Bingar tawa bengis percantik duka negeri.
Kau rajut luka, kau rajut doa
Dibawah deru dan ronta sila ke-5.
Entah untuk apa, entah untuk siapa.
Bumiputera pun tidur terlalu lama.
Imperialis melesat terlampau berkarat.
Dan garuda hanya berhala pengisi istana.
Saat marhaenism dihujani deras kapitalism.
Saat intimidasi jadi ujung diplomasi.
Dengan pena dan tinta beralas hormat.
Dengan gumpal tinta bercampur keringat.
Kami sematkan balada tak berima.
Dalam secangkir dosa dan seikat nada.
Entah untuk apa, entah untuk siapa.
Bumiputera pun tidur terlalu lama.
Imperialis melesat terlampau berkarat.
Dan garuda hanya berhala pengisi istana.
Saat marhaenism dihujani deras kapitalism.
Saat intimidasi jadi ujung diplomasi.
Darah itu merah, saat berseru merdeka.
Darah itu merah, kau tekuk logika.
Singa podium tak kan pernah mati,
nasionalis marxist terpatri abadi.
Dalam peluh tangis kau tegak berdiri.
Bingar tawa bengis percantik duka negeri.
Kau rajut luka, kau rajut doa
Dibawah deru dan ronta sila ke-5.
Entah untuk apa, entah untuk siapa.
Bumiputera pun tidur terlalu lama.
Imperialis melesat terlampau berkarat.
Dan garuda hanya berhala pengisi istana.
Saat marhaenism dihujani deras kapitalism.
Saat intimidasi jadi ujung diplomasi.
Dengan pena dan tinta beralas hormat.
Dengan gumpal tinta bercampur keringat.
Kami sematkan balada tak berima.
Dalam secangkir dosa dan seikat nada.
Entah untuk apa, entah untuk siapa.
Bumiputera pun tidur terlalu lama.
Imperialis melesat terlampau berkarat.
Dan garuda hanya berhala pengisi istana.
Saat marhaenism dihujani deras kapitalism.
Saat intimidasi jadi ujung diplomasi.